Peristiwa Isra' Mi'raj
Peristiwa yang terkandung dalam Isra’ Mi’raj adalah merupakan suatu ujian bagi Rasulullah Muhammad SAW, yaitu:
1. Ujian Keberanian
Keberanian untuk menerangkan kepada umatnya dan seluruh manusia bahwa dirinya (Muhammad) telah menghadap langsung dengan sang Haliq (Allah SWT), yang dimana Muhammad mendapat Perintah langsung tanpa melalui Malaikat Jibril.
2. Ujian Keimanan
Keimananuntuk Rasulullah SAW (khususnya) dan umatnya bahkan untuk seluruh manusia (umumnya), sehingga Allah akan memberikan pahala besar bila manusia mempercayai peristiwa tersebut. Dalam ujian keimanan ini Sayyidina Abu Bakar merupakan umat Rasulullah yang pertama kali membenarkan dan mempercayai peristiwa tersebut sehingga beliau mendapat gelar Assidiq, dan Abu Lahab merupakan orang yang pertama kali memurkai peristiwa itu sehingga Allah menurunkan wahyu-Nya (Al-Lahab) sebagai peringatan buat Abu Lahab dan pelajaran untuk umat manusia yang beriman.
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah sedang gundah gulana, sedih, dan sedikit depresi karena meninggalnya istri tercinta Siti Khadijah dan disusul dengan kepergian pamannya Abu Thalib sehingga Allah memberikan hiburan khusus kepada Rasulullah yaitu berkunjung ke Masjidil Kharam dan Masjidil Aqsha. Tersimak dari peristiwa diatas bahwa bila kita sedang gundah gulana, fikiran suntuk, stres, dsb maka datang dan berkunjunglah ke masjid untuk mendapatkan ketenangan dan hiburan (bagi orang yang beriman).
Rasulullah mendapat perintah ketika menghadap langsung dengan Allah SWT yaitu berupa sahalt 5 waktu (Shalat yang disempurnakan), dimana shalat merupakan salah satu rukun Islam (Rukun Islam yang ke 2) yang sangat penting karena shalat merupakan tiang dalam agama Islam. Secara logikanya: tangan kita mempunyai 5 jari (Rukun Islam) memegang gelas (disini gelas diibaratkan diri kita), bila jari kelingking (Haji) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas tidak jatuh; bila jari manis (Zakat) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas tidak jatuh; bila jari tengah (Puasa) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas tidak jatuh; akan tetapi bila jari telunjuk (Shalat) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas akan jatuh dan kemudian pecah (diri kita akan terjerumus dalam kekufuran). Astaghfirullah hal’adziim.
1. Ujian Keberanian
Keberanian untuk menerangkan kepada umatnya dan seluruh manusia bahwa dirinya (Muhammad) telah menghadap langsung dengan sang Haliq (Allah SWT), yang dimana Muhammad mendapat Perintah langsung tanpa melalui Malaikat Jibril.
2. Ujian Keimanan
Keimananuntuk Rasulullah SAW (khususnya) dan umatnya bahkan untuk seluruh manusia (umumnya), sehingga Allah akan memberikan pahala besar bila manusia mempercayai peristiwa tersebut. Dalam ujian keimanan ini Sayyidina Abu Bakar merupakan umat Rasulullah yang pertama kali membenarkan dan mempercayai peristiwa tersebut sehingga beliau mendapat gelar Assidiq, dan Abu Lahab merupakan orang yang pertama kali memurkai peristiwa itu sehingga Allah menurunkan wahyu-Nya (Al-Lahab) sebagai peringatan buat Abu Lahab dan pelajaran untuk umat manusia yang beriman.
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, Rasulullah sedang gundah gulana, sedih, dan sedikit depresi karena meninggalnya istri tercinta Siti Khadijah dan disusul dengan kepergian pamannya Abu Thalib sehingga Allah memberikan hiburan khusus kepada Rasulullah yaitu berkunjung ke Masjidil Kharam dan Masjidil Aqsha. Tersimak dari peristiwa diatas bahwa bila kita sedang gundah gulana, fikiran suntuk, stres, dsb maka datang dan berkunjunglah ke masjid untuk mendapatkan ketenangan dan hiburan (bagi orang yang beriman).
Rasulullah mendapat perintah ketika menghadap langsung dengan Allah SWT yaitu berupa sahalt 5 waktu (Shalat yang disempurnakan), dimana shalat merupakan salah satu rukun Islam (Rukun Islam yang ke 2) yang sangat penting karena shalat merupakan tiang dalam agama Islam. Secara logikanya: tangan kita mempunyai 5 jari (Rukun Islam) memegang gelas (disini gelas diibaratkan diri kita), bila jari kelingking (Haji) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas tidak jatuh; bila jari manis (Zakat) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas tidak jatuh; bila jari tengah (Puasa) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas tidak jatuh; akan tetapi bila jari telunjuk (Shalat) dilepas (tidak dilaksanakan) maka gelas akan jatuh dan kemudian pecah (diri kita akan terjerumus dalam kekufuran). Astaghfirullah hal’adziim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar