28 Desember 2009

Iman kepada kitab-kitab Allah bag.1

Kedudukan Kitab-kitab Allah


Kitab Allah (kitabullah) adalah kumpulan wahyu yang disampaikan kepada rasul-rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup bagi hamba-hamba-Nya supaya mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Sebagaiman kita ketahui bahwa beriman kepada kitab-kitab Allah itu termasuk rukun iman yang ketiga, tidak termasuk mukmin bagi mereka yang mengingkari atau meragukannya. Setiap agama mempunyai kitab suci yang membuat pokok ajaran agama tersebut. Kitab suci agama Islam adalah Al-Qur’an yaitu wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Setiap surat atau ayat yang terdapat pada Al-Qur’an semuanya wahyu Allah, tidak ada satupun yang bukan wahyu-Nya. Isi kitab suci Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh Umat Islam, bahkan menjadi petunjuk bagi Umat manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam.

1. Hubungan Manusia dengan Allah SWT

Orang yang telah benar-benar iman kepada Allah SWT serta mengakui dan meyakini bahwa Islam sebagai agamanya, dengan sendirinya akan beriman kepada ajaran yang telah diwahyukan Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW, maupun kepada wahyu yang diturunkan kepada Rasul-rasul sebelumnya.

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS Al-Baqarah:136)

2. Hubungan Manusia dengan dirinya sendiri

Setelah seseorang beriman kepada Allah SWT, beriman kepada Kitab-kitabnya, serta beriman pula kepada Rukun Iman lainnya, ia juga hendaklah menyadari akan fungsi dan kedudukan dirinya. Dengan menyadari akan fungsi dan kedudukan dirinya, manusia tidak akan lupa terhadap dirinya, tidak akan menyiksa, dan tidak akan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Tata cara hubungan manusia dengan dirinya sendiri diatur oleh Allah dalam Al-Quran.

“Hai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisa:136)

Pada ayat diatas Allah SWT mengingatkan kepada kita agar kita tetap beriman kepada-Nya, serta beriman pula kepada Rukun-rukun iman yang lainnya. Dan Allah SWT juga telah mengingatkan kita bahwa apabila manusia mengingkari rukun iman, mereka telah sesat yang sejauh-jauhnya.

3. Hubungan Manusia dengan sesama Manusia

Setelah kita memantapkan keyakinan terhadap Allah SWT (habluminallah), kemudian menata hubungan dengan dirinya sendiri (hablumminafsi), sebagai mahluk sosial kita dituntut untuk senantiasa berhubungan dengan sesama manusia yang lainnya (hablumminanas). Sebagaimana habluminallah, hablumminafsi, hablumminannas pun diatur oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba’:28)

Allah SWT mengangkat Rasulullah SAW, serta memberinya kitab Al-Qur’anul Karim, yang salah satu fungsinya untuk memberi peringatan kepada seluruh umat manusia juga sebagai pembawa berita gembira. Kita sebagai Mukmin dituntut untuk hidup mencontoh kehidupan Rasulullah SAW sesuai dengan kemampuannya dan termasuk kewajiban juga menyampaikan peringatan dan kabar gembira bagi seluruh umat manusia.

4. Hubungan Manusia dengan Alam

Seorang mukmin tidak cukup memperhatikan dirinya sendirinya, memperhatikan sesama manusia yang lainnya, tetapi dituntut pula untuk memperhatikan hubungannya dengan alam sekitar. Allah SWT mengatur hubungan manusia dengan alam sekitar dalam kitab-Nya.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS An-Anbiya:107)

Al-Qur’an sebagai kitab suci yang lengkap dan sempurna, isinya memuat aturan-aturan untuk kesejahteraan mahluk-Nya. Tidak saja manusia yang sejahtera tetapi mahluk-mahluk lainnya mendapat rahmat daripada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar